Jepang Dihantam Krisis Obligasi, RI Bisa Kena Imbas

People wearing protective masks to help curb the spread of the coronavirus walk at shopping arcade at Asakusa district Tuesday, Sept. 29, 2020, in Tokyo. The Japanese capital confirmed more than 200 coronavirus cases on Tuesday. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Aksi jual besar-besaran sedang dialami pasar obligasi Jepang, ini membuat imbal hasil melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan Selasa hari ini (15/7/2025) sampai pukul 14.30 WIB, yield obligasi negeri bunga Sakura untuk tenor 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun sama-sama mencetak rekor tertinggi dalam sejarah.

Terlihat pada grafik di atas, obligasi 10 tahun Jepang mengalami kenaikan sekitar 2,5 basis poin (bps) ke posisi 1,59%. Paling parah, untuk obligasi super long dengan tenor 20 tahun naik 3,5 bps jadi 2,64% dan tenor 30 tahun menguat 4 bps ke posisi 3,19%.

Imbal hasil yang naik ini terjadi di tengah kekhawatiran belanja pemerintah kemungkinan akan meningkat setelah pemilu majelis tinggi pada 20 Juli mendatang.

Survei opini menunjukkan blok penguasa yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang mungkin kesulitan meraih mayoritas. LDP sendiri mempertimbangkan pemberian bantuan tunai untuk menarik pemilih, sementara partai oposisi mengusung wacana pemotongan pajak.

Mengutip CNBC, Yuichi Kodama, ekonom di Meiji Yasuda Research Institute, mengatakan imbal hasil obligasi 10 tahun penting karena menjadi acuan bagi suku bunga KPR tetap dan akan berdampak signifikan terhadap perekonomian riil.

Atsushi Takeda, kepala ekonom di Itochu Research Institute, mengatakan bahwa secara umum bisnis tidak banyak mengambil utang di tenor super-long, sehingga dampaknya terhadap ekonomi riil terbatas.

“Tapi sekarang kita mulai melihat kenaikan imbal hasil obligasi 10 tahun karena kekhawatiran atas kesehatan fiskal, dan itu hal yang harus kita perhatikan dengan saksama,” ujar Takeda.

Meski hasil pemilu majelis tinggi sulit diprediksi, “partai oposisi menyerukan pemotongan pajak penjualan, jadi kalau mereka menang, kecemasan fiskal akan tetap ada. Jika LDP yang dipimpin Ishiba menang, investor mungkin akan kembali membeli obligasi.”

Kenaikan biaya pinjaman di Jepang terjadi meski Kementerian Keuangan sudah memangkas penerbitan obligasi super-long. Beberapa perusahaan asuransi jiwa besar juga mulai menghindari obligasi super-long, meninggalkan celah permintaan saat bank sentral Jepang perlahan mengurangi pembelian obligasinya.

Obligasi pemerintah tenor panjang juga mengalami tekanan secara global di tengah kekhawatiran bahwa pemerintah di berbagai negara membelanjakan lebih dari kemampuan mereka.

Takahiro Otsuka, ahli strategi pendapatan tetap senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co. mengatakan “Imbal hasil 10 tahun didorong oleh ketidakstabilan di obligasi super-long karena kekhawatiran permintaan dan menurunnya likuiditas,”

Ia melanjutkan “Tidak bisa dipastikan bahwa imbal hasil 10 tahun akan berhenti naik di sekitar level 1,6%.”

Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda telah mengatakan bahwa imbal hasil super-long punya dampak terbatas terhadap ekonomi riil dibandingkan dengan utang jangka lebih pendek. Namun, ia juga menegaskan akan memantau perkembangan dengan cermat.

Waspada Dampaknya ke Indonesia
Jepang sebagai negara maju menjadi negara yang sangat dicermati pelaku pasar, khususnya perihal kebijakan suku bunga maupun obligasi.

Sebagai negara maju, rating yang tinggi, dan risiko yang kecil menyebabkan setiap kenaikan yield obligasi akan menarik pelaku pasar dan berdampak kepada minat investor Jepang dalam membeli obligasi negara lain, termasuk Surat Berharga Negara (SBN). Pasalnya, Jepang adalah salah satu investor terbesar bagi SBN atau kreditur pinjaman luar negeri Indonesia.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan Jepang menjadi salah satu kreditur terbesar bahkan sejak 2013 hingga sekarang.

Pemerintah juga menerbitkan obligasi khusus berdenominasi yen atau Samurai bond. Pemerintah pertama kali menerbitkan Samurai Bonds pada17 Juli 2009.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal juga menunjukkan Jepang masih menjadi salah satu investor terbesar.

Dengan besarnya peran Jepang di pasar SBN serta investasi langsung Indonesia maka kebijakan BoJ perlu dicermati. Bila imbal hasil di Jepang makin menarik maka ada risiko penarikan dana investor Jepang dari Indonesia ke Negeri Sakura.

Jepang juga akan mampu menarik lebih banyak investor dengan imbal hasil tinggi sehingga investor bisa beralih ke Negeri Sakura dan meninggalkan investasi di negara lain, seperti Indonesia.

Bagaimana posisi pasar obligasi RI saat ini?
Merujuk data Refinitiv sampai perdagangan hari ini pukul 14.45 WIB, yield obligasi acuan RI untuk tenor 10 tahun masih di 6,63%, naik 2,4 bps dari pembukaan.

Jika hari ini ditutup menguat, akan menandai dua hari obligasi RI mulai dijual investor. Namun, jika melihat secara tren obligasi tenor 10 tahun ini masih cenderung stabil.

Diam-diam RI Mulai “Jajah” Eropa, Italia Cs Kecanduan Barang Indonesia

Kolase Bendera Eropa dengan Indonesia. (Pool AP Photo)

Di saat banyak negara masih linglung menghadapi gejolak perdagangan global, Indonesia justru mampu menjaga napas panjang ekspornya ke Uni Eropa. Selama lima tahun terakhir, kinerja ini tak banyak goyah bahkan pada 2024, nilai ekspor RI ke Benua Biru mencapai US$17,28 miliar.
Sebuah angka yang menegaskan bahwa hubungan dagang Indonesia-Eropa tak sekadar soal harga, melainkan juga kebutuhan mendasar yang sulit tergantikan.

Laporan The Focal Point BCA edisi Juli 2025 mengungkap rahasianya banyak produk unggulan Indonesia mulai dari minyak sawit mentah (CPO), karet alam, bahan kimia industri, hingga tekstil memiliki permintaan yang inelastis di pasar global.

Sederhananya, meski harga naik, permintaan tetap bertahan karena produk tersebut sudah menjadi urat nadi rantai pasok berbagai industri.

Bayangkan pabrik makanan dan kosmetik tanpa CPO, atau industri otomotif tanpa karet dan bahan kimia Indonesia.

Hampir mustahil. Produk-produk ini sudah mengakar dalam proses produksi Eropa, dari lini energi hingga kebutuhan sehari-hari, sehingga sulit digantikan pemasok lain. Apalagi Indonesia punya keunggulan komparatif (RCA > 1), membuatnya tetap lebih kompetitif dibandingkan negara pesaing.

“Permintaan yang inelastis menjaga stabilitas ekspor RI, bahkan saat tarif perdagangan AS naik atau pasar global melemah. Pasar Eropa memiliki profil permintaan serupa dengan AS, sehingga Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) akan menjadi penyelamat sektor manufaktur Indonesia,” tulis analis BCA dalam laporannya.

Economics and Industry Research – BCA

Artinya, meski ada tekanan dari tarif perdagangan baru, ketidakpastian geopolitik, atau perlambatan ekonomi global, volume permintaan komoditas utama Indonesia tetap relatif stabil. Industri Eropa memang tidak punya banyak pilihan lain selain terus mengimpor bahan baku yang sudah terintegrasi dalam proses produksinya.

Dengan latar ini, IEU-CEPA nampaknya tidak merupakan perjanjian dagang biasa tapi juga merupakan pintu untuk memperkuat fondasi ekspor Indonesia di masa depan terutama untuk produk manufaktur yang juga memiliki tingkat ketergantungan tinggi di pasar Eropa.

Inilah mengapa ekspor Indonesia ke Uni Eropa seperti “tenang dalam badai”, karena posisi strategis komoditas RI sudah begitu melekat dalam denyut ekonomi kawasan tersebut.

Boncos Terus di Saham? Mungkin Kamu yang Terlalu Serakah

saham

Dalam dunia investasi, sifat greedy menjadi sifat alami sebagian para investor maupun trader. Saat melihat harga saham naik, naluri ingin cuan lebih besar muncul. Terkadang lingkungan pasar mendukung euforia, seperti teman cuan cepat, media ramai cerita profit besar, membuat investor terpancing.
Namun, investor pemula sering belum punya target jual, sehingga tergoda menahan terlalu lama demi cuan lebih banyak.

Pada akhirnya pun menimbulkan Fear of Missing Out (FOMO), di mana sebuah rasa takut ketinggalan momentum sehingga membeli tanpa analisa, dan pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi para sebagian investor akibat FOMO tersebut.

Seperti yang terjadi pada perdagangan berjalan hari ini, sebagian saham milik Prajogo Pangestu terpantau melandai bahkan terkoreksi usai kenaikan tajam pada perdagangan kemarin.

Greedy dan FOMO mendorong banyak investor membeli harga atas pada perdagangan kemarin dan pada akhirnya pada perdagangan hari ini justru terkoreksi. Aksi ini terjadi akibat timbulnya rasa greedy sehingga menimbulkan FOMO dan pada akhirnya membeli tanpa memperhitungkan resiko yang berakibat pada kerugian.

Greedy dapat timbul saat harga naik terus dan investor ingin mengejar cuan lebih besar tanpa rencana jual. Bisa juga terjadi saat ingin “balik modal” dengan membeli terus saham yang turun tanpa analisa yang jelas.

Pasar tidak selalu sesuai keinginan, harga saham bisa turun mendadak meski sebelumnya naik tinggi. Greedy membuat investor pada akhirnya mengabaikan manajemen risiko. Hal ini pun menyebabkan cut loss terlambat, dan kerugianmu malah membesar. Psikologis investor pun akan cepat lelah jika terus mengejar cuan besar, menyebabkan keputusan emosional.

Bagaimana cara menghindari greedy?

Menurut CNBC Indonesia Research, sebelum membeli saham, pastikan sudah membuat trading plan untuk memperhitungkan resiko terlebih dahulu sebelum rewards. Dalam trading plan harus menentukan target hdan target taking profit yang realistis seperti 5-15% untuk daily trading.

Usahakan tidak FOMO, tetap berpegang pada analisa fundamental atau teknikal. Konsistensi lebih penting daripada sekali untung besar, karena konsistensi bisa menumbukan nilai portofolio mu lebih stabil dan lebih baik, dibandingkan sekali untung besar karena FOMO dan berujung pada kerugian besar, yang pada akhirnya menghapus semua keuntungan.

20 Obligasi Korporasi Jatuh Tempo Bulan Ini, Ada Dari BBRI – DSNG!

Business adviser analyzing financial figures denoting the progress in the work of the company.

Sebanyak 20 seri obligasi dari berbagai sektor seperti multifinance, properti, energi, pulp & paper, hingga perbankan akan jatuh tempo sepanjang Juli 2025.
Perusahaan dengan rating tinggi seperti PT Toyota Astra Financial Services , PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Protelindo, dan PT Sarana Multi Infrastruktur kemungkinan besar telah mengalokasikan dana untuk pelunasan.

Berikutnya, untuk obligasi seperti milik PT Sinar Mas Multifinance (irA+), PT Duta Anggada Realty ( irA-), serta PT CIMB Niaga Auto Finance (AA+) masih berada di jalur aman.

Namun, catatan-nya mungkin margin mereka masih ketat, mereka mungkin perlu mengonsolidasikan likuiditas atau menyiapkan jalur pembiayaan alternatif sebagai antisipasi, terutama jika kondisi pasar memburuk.

Emiten seperti PT Eagle High Plantations, PT Sumber Global Energy, PT Lautan Luas, PT Medco Energi Internasional, PT Steel Pipe Industry (ISSP), PT OKI Pulp & Paper Mills (OPPM), dan PT Dharma Satya Nusantara (DSNG) memiliki rating idA+ hingga idA-.

Dengan rating tersebut, biasanya mereka masih dinilai layak investasi, namun memiliki risiko moderat yang lebih tinggi dibanding emiten berperingkat AA atau AAA.

Rating ini mencerminkan kemampuan bayar yang cukup, tetapi sensitif terhadap tekanan bisnis atau keuangan, sehingga perusahaan perlu menjaga likuiditas, menyiapkan opsi refinancing, dan mengelola utang dengan lebih hati-hati menjelang jatuh tempo obligasi.

Dunia Sedang Sakit, Ini 10 Ancaman Terbesar yang Dihadapi Manusia

People walk through a dust storm on a hot summer day in Prayagraj on April 18, 2023. (Photo by Sanjay KANOJIA / AFP) (Photo by SANJAY KANOJIA/AFP via Getty Images)

Dunia kian menghadapi banyak krisis yang terjadi saling tumpang tindih, mulai dari perubahan iklim yang semakin cepat hingga penyebaran informasi palsu yang tidak dapat dikendalikan.
Apa Risiko Terpenting yang Dihadapi Dunia Saat Ini?

Laporan Risiko Global PBB 2024 menyebut ada10 risiko global. Risiko tersebut diuraikan dalam peringkat didasarkan pada survei terhadap 1.100 pemangku kepentingan di 136 negara, termasuk perwakilan pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan akademisi.

Skala kepentingan menggabungkan kemungkinan dan dampak dari suatu risiko, dengan risiko teratas dianggap paling mungkin terjadi dengan dampak yang parah ketika terjadi.

Risiko lingkungan muncul sebagai prioritas tertinggi. Kedua peringkat teratas dalam peringkat merupakan risiko dalam kategori lingkungan. Ketidakberdayaan dalam menangani perubahan iklim menempati peringkat pertama dengan skala kepentingan 37.2, sedangkan polusi skala besar menyusul dengan skala 36.

Keduanya dianggap sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat, mengingat kurangnya kesadaran masyarakat untuk berkontribusi dalam isu ini. Secara total, terdapat lima risiko lingkungan yang mendapat tempat dalam peringkat.

Meskipun kekhawatiran lingkungan menjadi prioritas utama di seluruh negara partisipan survey, terdapat perbedaan persepsi antar wilayah terkait risiko-risiko lain. Misalnya, kekhawatiran tentang kegagalan keamanan siber dan kecerdasan buatan (AI) termasuk di antara 10 risiko teratas di Afrika Utara dan Asia, tetapi tidak di wilayah lain.

Ketidakstabilan politik global juga ikut memberi warna gelap dengan konflik senjata yang berkepanjangan, memakan banyak korban dan menghancurkan wilayah pemukiman. Terdapat tiga risiko politik yang dinilai masuk dalam sepuluh besar risiko yang paling perlu diwaspadai.

Jejak Insting Purba: Bagaimana Hewan Meramal Bencana?

Dua dekade telah berlalu sejak gelombang tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004. (AP Photo/Eugene Hoshiko, File)

Perilaku aneh hewan sebelum terjadinya bencana alam bukanlah cerita baru. Beragam laporan telah muncul dalam berbagai budaya dan zaman, dari Yunani kuno hingga masyarakat modern.
Salah satu catatan tertua berasal dari tahun 373 SM, ketika sejarawan Yunani Thucydides melaporkan bahwa tikus, ular, dan anjing secara misterius meninggalkan kota Helice beberapa hari sebelum gempa bumi dahsyat menghancurkan wilayah tersebut.

Fenomena ini menyiratkan bahwa hewan, entah bagaimana, mampu mendeteksi tanda-tanda bencana yang tidak disadari oleh manusia.

Meskipun selama berabad-abad cerita seperti ini dianggap mitos atau kebetulan, kemajuan teknologi dalam bidang perilaku hewan dan geofisika kini memberikan dasar ilmiah yang lebih kuat untuk memahaminya.

Kesaksian Modern: dari Tsunami hingga Gempa

Salah satu peristiwa paling mencolok terjadi pada tsunami Samudra Hindia tahun 2004 atau Gempa Aceh, yang menewaskan lebih dari 225.000 orang.

Sistem peringatan dini buatan manusia, seperti sensor pasang surut dan gempa bumi, gagal memberikan peringatan yang jelas.

Banyak sensor tidak berfungsi karena masalah pemeliharaan, sementara banyak daerah pesisir tidak memiliki sistem peringatan sirine tsunami.

Komunikasi yang tidak terkoordinasi juga gagal memberikan peringatan, dengan banyak pesan teks tidak sampai ke ponsel di daerah yang terancam atau tidak dibaca.

Namun, cerita misterius datang dari hewan.

Rumah-rumah yang hancur terlihat dalam pemandangan udara kota Meulaboh di provinsi Aceh, Indonesia, yang diratakan oleh gelombang pasang, pada hari Sabtu, 1 Januari 2005. (AP Photo/Dudi Anung, File)

Beberapa hewan tampaknya merasakan bahaya yang akan datang dan berusaha melarikan diri. Menurut kesaksian mata, gajah berlari ke dataran tinggi, flamingo meninggalkan area sarang yang rendah, dan anjing menolak untuk keluar rumah.

Di desa pesisir Bang Koey di Thailand, warga melaporkan sekawanan kerbau di tepi pantai tiba-tiba mengangkat telinga, menatap ke laut, lalu berlari ke puncak bukit terdekat beberapa menit sebelum tsunami menghantam.

Foto: Rumah-rumah yang hancur terlihat dalam pemandangan udara kota Meulaboh di provinsi Aceh, Indonesia, yang diratakan oleh gelombang pasang, pada hari Sabtu, 1 Januari 2005. (AP Photo/Dudi Anung, File)
Rumah-rumah yang hancur terlihat dalam pemandangan udara kota Meulaboh di provinsi Aceh, Indonesia, yang diratakan oleh gelombang pasang, pada hari Sabtu, 1 Januari 2005. (AP Photo/Dudi Anung, File)

Laporan ini tidak berdiri sendiri. Studi yang dilakukan di Italia pada 2016-2017 mengamati perilaku sapi, kambing, dan anjing di wilayah rawan gempa.

Peneliti menemukan bahwa hewan-hewan tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas tidak biasa hingga 20 jam sebelum gempa berkekuatan besar terjadi. Studi ini memperkuat kemungkinan bahwa hewan memang bisa merasakan bencana lebih awal daripada sistem peringatan buatan.

Apa yang Hewan Rasakan Sebelum Bencana?

Meskipun belum ada konsensus tunggal, beberapa teori ilmiah telah diajukan untuk menjelaskan bagaimana hewan bisa “merasakan” bencana alam. Di antaranya:

1. Gelombang Seismik Awal (P-wave)
Gelombang ini bergerak lebih cepat dari gelombang utama gempa dan mungkin dapat dideteksi oleh hewan dengan indra sensitif.

2. Gangguan Elektromagnetik dan Infrasound

Beberapa bencana seperti gempa bumi dan tornado memicu gangguan medan elektromagnetik dan gelombang suara berfrekuensi rendah (infrasound) yang dapat dideteksi oleh hewan.

3. Ionisasi Udara & Perubahan Kimia
Tegangan tinggi di kerak bumi sebelum gempa dapat menciptakan muatan listrik yang mengionisasi udara, memicu zat seperti ozon, karbon monoksida, atau hidrogen peroksida – semua ini bisa dideteksi oleh indra penciuman hewan.

4. Sensitivitas Medan Listrik & Magnetik

Banyak hewan memiliki sel reseptor khusus atau kandungan zat besi dalam tubuh mereka yang membuat mereka peka terhadap perubahan medan geomagnetik.

Kisah serupa terjadi pada tsunami 2010 saat gempa bawah laut di dekat Sumatera menghantam dan menewaskan hampir 500 orang di Kepulauan Mentawai.

Di sini pula, beberapa hewan, seperti gajah, dilaporkan merespons seolah-olah memiliki pengetahuan awal tentang peristiwa tersebut. Hanya beberapa hari yang lalu, seekor penyu yang baru dilepaskan kembali tiba-tiba berbalik arah dua hari sebelum letusan gunung berapi di Tonga pada Januari.

kerbau


Sejumlah laporan tentang perilaku hewan sebelum bencana telah mendorong beberapa peneliti untuk meneliti secara serius teori bahwa hewan mungkin memiliki sistem bawaan yang memperingatkan mereka tentang bencana alam yang akan datang. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik, apakah hewan dapat menjadi sistem peringatan dini alami bagi manusia?

Salah satu penelitian paling penting tentang bagaimana hewan dapat memprediksi bencana dilakukan lima tahun lalu oleh tim yang dipimpin oleh Martin Wikelski dari Institut Max Planck untuk Perilaku Hewan di Jerman.

Penelitian ini melibatkan perekaman pola gerakan berbagai hewan (sapi, domba, dan anjing) – sebuah proses yang dikenal sebagai biologging – di sebuah peternakan di wilayah Marches di Italia tengah yang rawan gempa bumi. Kalung dengan chip dipasang pada setiap hewan, yang mengirimkan data pergerakan ke komputer pusat setiap beberapa menit antara Oktober 2016 dan April 2017.

Selama periode tersebut, statistik resmi mencatat lebih dari 18.000 gempa di wilayah tersebut, mulai dari gempa kecil dengan magnitudo 0,4 hingga belasan gempa dengan magnitudo 4 atau lebih, termasuk gempa Norcia yang menghancurkan dengan magnitudo 6,6.

Para peneliti menemukan bukti bahwa hewan ternak mulai mengubah perilaku mereka hingga 20 jam sebelum gempa bumi.

Penelitian menunjukkan bahwa hewan bisa mendeteksi tanda-tanda awal gempa bumi dan bencana alam lainnya sebelum manusia menyadarinya. Misalnya, sapi dan kambing yang menjadi lebih aktif beberapa jam sebelum gempa terdeteksi, atau burung yang tiba-tiba bermigrasi jauh sebelum tornado melanda.

Studi di Eropa, Asia, hingga Amerika Selatan mencatat:

Hewan ternak bisa menunjukkan peningkatan aktivitas hingga 18 jam sebelum gempa bumi.
Kambing di Gunung Etna dan hewan di Andes Peru menunjukkan perubahan perilaku signifikan sebelum letusan dan gempa besar.
Perubahan muatan listrik atmosfer, gelombang elektromagnetik ultra-rendah, serta zat kimia seperti ozon dan karbon monoksida juga tercatat meningkat sebelum gempa – dan bisa dirasakan oleh hewan.
China pernah sukses mengandalkan perilaku ular untuk memperingatkan gempa Haicheng pada 1975. Saat ini, proyek ICARUS dan studi seperti Kivi Kuaka memanfaatkan satelit untuk memantau hewan secara global demi deteksi bencana alam.

Contoh lainnya, burung warbler meninggalkan wilayah Tennessee sebelum 80 tornado menghantam pada 2014, diduga karena mendeteksi infrasound yang tak terdengar manusia.

Meski masih banyak yang skeptis, ilmuwan sepakat bahwa hewan memiliki sensor alami yang sangat tajam. Jika digabungkan dengan teknologi, pola perilaku hewan bisa menjadi bagian dari sistem peringatan dini bencana masa depan.

Mari Tepuk Tangan! RI Ternyata Penghasil Jambu Terbesar di Dunia

jambu

Siapa sangka buah yang tampak sederhana di pasar tradisional ini ternyata jadi primadona global? Ya, guava atau jambu biji, bukan hanya sekadar camilan sehat, tapi juga komoditas agrikultur yang menggerakkan perekonomian berbagai negara tropis. Dan menariknya, Indonesia kini tercatat sebagai produsen guava terbesar di dunia, mengalahkan negara-negara besar lain.

Indonesia, Raja Guava Dunia

Dengan iklim tropis yang stabil dan tanah vulkanik subur, Indonesia memanen sekitar 26,3 juta ton guava setiap tahun, jauh meninggalkan pesaingnya. Jambu biji tumbuh hampir di seluruh wilayah, dari kebun komersial hingga pekarangan rumah.

Guava di Indonesia sudah menjadi bagian dari keseharian buah ini dianggap “penjaga imun” alami, kaya vitamin C, antioksidan, dan serat. Daya adaptasinya yang tinggi membuat petani mudah membudidayakannya sepanjang tahun, baik di lahan kering maupun irigasi.

Meski Indonesia mendominasi, beberapa negara lain juga memainkan peran penting di pasar global.

Iran menanam guava di kawasan subtropis selatan seperti Hormozgan, mengubah iklim kering menjadi peluang agrikultur.

China fokus di provinsi selatan seperti Guangdong, tak hanya untuk konsumsi segar tapi juga bahan teh herbal dan obat tradisional.

Taiwan terkenal dengan teknik budidaya modern dan kualitas premium, menjadi eksportir utama di Asia.

Palestina justru menjadikan guava simbol ketahanan, meski lahan terbatas dan akses air minim.

Meski bukan lagi juara produksi global, India tetap jadi ikon guava klasik. Negara ini menghasilkan lebih dari 17 juta ton per tahun, dengan Uttar Pradesh, Bihar, Maharashtra, dan Madhya Pradesh sebagai pusatnya. Varietas seperti Allahabad Safeda dan Lucknow 49 terkenal manis dan aromatik, banyak diekspor ke Asia dan Timur Tengah.

India menggabungkan tradisi dengan teknologi modern untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Guava di sana bukan hanya buah, tapi juga bagian dari budaya kuliner dan pengobatan Ayurveda.

Ternyata kandungan Vitamin C guava empat kali lebih banyak dari jeruk, satu buah cukup untuk memenuhi 200% kebutuhan harian.
Selain itu, guava diketahui serbaguna dan merupakan anti diabetik alami daun guava sering digunakan dalam teh herbal untuk mengontrol gula darah. Dengan karkateristik panen sepanjang tahun, menjadikannya sumber penghasilan stabil bagi petani kecil.

Guava juga menjadi komoditas ekspor bernilai tambah. India dan Thailand, misalnya, mengekspor pulp, nektar, dan selai guava ke lebih dari 30 negara.

Dengan statusnya sebagai produsen terbesar dunia, Indonesia punya peluang emas memperkuat rantai nilai. Selain konsumsi domestik, pengembangan produk turunan bernilai tinggi dari jus premium, snack sehat, hingga ekstrak daun untuk herbal bisa memperluas pasar ekspor.

Trump Sudah Beri Kado Tarif 19%, Indonesia Kini Tunggu Kejutan dari BI

BI

Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada kemarin Selasa (15/7/2025) sumringah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hijau lagi, rupiah stabil, dan obligasi diburu investor.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kembali menghijau hari ini seiring keputusan tarif Presiden Amerika Serikat (AS)) Donald Trump.

IHSG pada kemarin ditutup di posisi 7140,47. Dalam sehari menguat 0,61%, menandai penguatan selama tujuh hari beruntun.

Turnover juga masih ramai mencapai Rp16,39 triliun sepanjang hari, melibatkan 23,50 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,75 juta kali. Ada sebanyak 268 saham menguat, 320 saham melemah, dan sisanya 214 stagnan.

Asing masih mencatat net sell sebesar Rp 326,14 miliar.

Saham grup konglomerat Prajogo Pangestu masih menjadi leading IHSG usai Morgan Stanley Capital International (MSCI) mencabut perlakukan khusus pada PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).

BREN menjadi penopang terbanyak indeks dengan kontribusi sampai 17,22 indeks poin. Saham IPO yang masih satu grup, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) juga ikut ke daftar top 10 penyumbang terbesar indeks kemarin mencapai 3,84 poin.

Selain grup PP, ada saham lain yang menjadi pendongkrak IHSG diantaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak15,39 poin, PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) 8,51 poin, dan PT Merdeka Battery Materials Tbk 5,09 poin.

Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah terpantau melemah tipis, tetapi masih dalam level yang cenderung stabil.

Pelemahan rupiah meskipun tipis tampaknya menjadi respon pelaku pasar yang menanti kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) besok.

Sebagian besar pelaku pasar memprediksi bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,50%. Hal ini sejalan dengan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) juga diperkirakan akan tetap menahan suku bunganya pada bulan ini.

Sementara dari pasar obligasi terpantau masih tetap jadi buruan investor, tercermin dari yield obligasi 10 tahun yang lagi-lagi turun.

Mengutip data Refinitiv sampai penutupan kemarin, imbal hasil surat utang acuan RI ini berada di 6,56%, mencetak rekor terendah tahun ini dan hampir setara level pertengahan September tahun lalu.

Perlu dipahami, pergerakan yield dan harga dalam obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun terus, maka harga sedang naik, artinya investor sedang rajin beli surat utang.

Overdosis! 2,4 Miliar Ton Batu bara dari China Buat Harga Terkapar

Stock Pile batu bara PT Kaltim Prima Coal, Tanjung Bara, Kalimantan Timur. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Harga batu bara kembali jatuh setelah China melaporkan lonjakan produksi.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (15/7/2025) ditutup di posisi US$ 112 per ton. Harganya ambruk 1,7%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara yang kini turun 2,7% dalam dua hari beruntun.

Melemahnya harga batu bara dipicu oleh lonjakan produksi batu bara China. Produksi batu bara Tiongkok dalam enam bulan pertama tahun ini naik 5% secara tahunan.

Kenaikan produksi seiring dengan fokus otoritas untuk memastikan pasokan bahan bakar yang cukup, sementara para pembeli beralih ke batu bara domestik yang lebih murah dibandingkan impor.

Produksi pada paruh pertama tahun 2025 mencapai 2,4 miliar ton, sementara output pada bulan Juni saja naik 3% secara tahunan menjadi 421 juta ton.

Peningkatan produksi ini telah menyebabkan kelebihan pasokan, karena China berusaha menggantikan kebutuhan impor dengan hasil produksi dalam negeri.

“Saat ini faktor utama yang membentuk sentimen harga adalah produksi domestic. Pasar sedang mencermati dengan ketat apakah daerah-daerah pertambangan akan mengurangi output guna meredakan kelebihan pasokan yang terjadi saat ini,” kata para analis dari Kpler dikutip dari CNBC Indonesia.

Harga batu bara domestik, yang sebelumnya terpuruk di titik terendah dalam empat tahun sejak Februari, mulai naik secara perlahan pada awal Juni, seiring dengan datangnya cuaca panas yang meningkatkan penggunaan pendingin udara.

Harga batu bara kualitas menengah dengan kalori 5.500 kilokalori per kilogram naik dari 618 yuan (sekitar US$86) per ton pada 9 Juni menjadi 630 yuan pada 14 Juli, menurut indeks pemerintah.

Analis LSEG memperkirakan produksi batu bara China diperkirakan masih akan mengalami penurunan “moderat” tahun ini.

Namun, perkiraan dari berbagai pihak berbeda cukup jauh.

Asosiasi industri China Coal Transportation and Distribution Association memperkirakan produksi batu bara akan naik 70 juta hingga 80 juta ton tahun ini, berkat pengurangan impor.

Perusahaan tambang batu bara besar yang berbasis di Beijing, China Coal Energy Company Limited telah merilis data utama terkait produksi dan operasionalnya untuk Juni 2025.

Produksi batu bara komersial pada Juni tercatat sebesar 11,04 juta ton, mengalami penurunan 4,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Total produksi sepanjang tahun 2025 hingga Juni mencapai 67,34 juta ton, naik 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Volume penjualan batu bara komersial pada Juni turun 11,2% menjadi 21,65 juta ton.
Penjualan kumulatif sepanjang tahun mencapai 128,68 juta ton, mengalami penurunan 3,6% dibandingkan tahun lalu.
Volume penjualan batu bara komersial hasil produksi sendiri turun 1,3% pada Juni menjadi 11,53 juta ton,
Namun, penjualan kumulatif untuk jenis ini naik 1,4% menjadi 67,11 juta ton sepanjang tahun.
Perusahaan juga memberikan peringatan bahwa data ini tidak dapat dijadikan acuan untuk kinerja masa depan, dan bahwa berbagai faktor seperti penyesuaian kebijakan makroekonomi dan kondisi pasar dapat mempengaruhi hasil ke depan. Para investor dianjurkan untuk menafsirkan data ini dengan hati-hati, mengingat potensi risiko investasi.

China Makin Sensitif Harga, Kecuali Batu bara
Analis Reuters, Clyde Russell menjelaskan impor komoditas utama China, terutama minyak, menunjukkan hasil yang beragam pada paruh pertama tahun ini. Tren yang jelas itu adalah bahwa negara dengan permintaan sumber daya alam terbesar di dunia kini semakin sensitif terhadap harga.

Satu-satunya komoditas utama yang tidak menunjukkan kepekaan terhadap harga adalah batu bara. Impor batu bara China turun 11,1% menjadi 221,7 juta ton pada paruh pertama.

Harga batu bara dari Indonesia dan Australia (pemasok utama) juga turun ke titik terendah dalam empat tahun.

Untuk komoditas-komoditas utama di mana China tidak mendominasi rantai pasok atau pasar global, sensitivitas terhadap harga kini menjadi faktor utama. China menyesuaikan volume impornya secara cepat sesuai fluktuasi harga global menunjukkan bahwa pertimbangan biaya kini lebih diutamakan dibanding volume semata.

Rayuan Politik Ken Arok, Menarik Kaum Brahmana untuk Pisahkan Tumapel dari Kediri

Rayuan Politik Ken Arok, Menarik Kaum Brahmana untuk Pisahkan Tumapel dari Kediri

Illustrasi Ken Arok

Konflik di wilayah Kerajaan Kediri saat dipimpin Raja Kertajaya dimanfaatkan betul oleh Ken Arok. Saat itu, Ken Arok berhasil mengkudeta Tunggul Ametung, akuwu Tumapel, yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri.

Ken Arok memanfaatkan keberadaan kaum brahmana atau pemuka agama di wilayah Kediri yang sedang berselisih dengan sang raja. Kebijakan Kertajaya yang sewenang-wenang seringkali menimbulkan benturan pendapat dengan kaum brahmana.

Keberhasilan Ken Arok menguasai Tumapel, yang saat itu merupakan kecamatan di wilayah Kediri, memunculkan harapan baru bagi kaum brahmana. Mereka dan keluarganya mulai diberikan tempat dan perlindungan oleh Ken Arok. Ia juga membangun kekuatan di Tumapel, yang kini menjadi wilayah Malang, untuk mempersiapkan perlawanan terhadap Kediri.

Saudara dan keluarga besar kaum brahmana Kediri yang pernah berjasa kepada Ken Arok diminta untuk pindah ke Tumapel. Bahkan, menurut buku Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan, mereka diberikan jabatan dan fasilitas oleh Ken Arok.